Rabu, 30 September 2015

Fakhrul Syah -Direktur SAPA Indonesia kunjungi UPTP2K Kebumen

Disela-sela kegiatan kunjungannya di Kebumen, Fakhrul Syah -Direktur SAPA Indonesia kunjungi UPTPK Kebumen, menyusul diselenggarakanya pelatihan Perencanaan Pembangungan  Responsif Gender yang bekerja sama dengan Women Research Institute di Kebumen. Didampingi fasilitator SAPA Kebumen, Gunung, Fakhrul Syah menyatakan kegembiraannya dengan didirikannya Unit Pelayanan Terpadu Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (UPTP2K) di Kebumen."Unit ini telah melakukan unifikasi tidak saja pada data-based, tetapi juga telah melakukan unifikasi dalam program pelayanan pada penduduk miskin" Demikian komentar Fakhrul, mengawali pembicaraan, setelah memperoleh penjelasan dari Kepala UPTP2K, Cokro Aminoto, SIP, M.Kes

Kemiskinan Struktural
Kunjungannya ke  UPTP2K Kebumen, pada hari itu (29/9) banyak berdiskusi tentang kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kebumen. "Saya pikir, Pemkab Kebumen telah mengambil langkah-langkah kebijakan yang cerdas, dalam mengatasi masalah kemiskinan terutama kemiskinan struktural" Jelas Fakhrul. Fenomena kemiskinan struktural muncul karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan warga miskin dapat bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu menguhubungkan masyarakat dengan sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini adalah buruh tani, pemulung, penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih. Untuk itu, peran pemerintah dalam hal ini Pemkab Kebumen memiliki peran besar dalam melahirkan kebijakan yang pro masyarakat miskin dalam kerangka pembangunan  kesejahteraan masyarakat. Sudah saatnya masalah kemiskinan itu didiagnosa dan diatasi berdasarkan faktor penyebabnya.
"Sehingga dengan pelayanan UPTP2K  yang mengacu data-base dengan pelayanan terpadu multi sektor, akan dapat memantau masyarakat miskin yang terlayani dan ‘naik kelas’, Artinya jika pada awalanya masyarakat miskin itu buruh, nelayan atau pemulung, maka tidak selamanya akan menjadi buruh nelayan dan pemulung terus. Karena disini telah ada upaya-upaya dalam menaikan derajat dan kemampuan mereka, baik melalui pendidikan atau pelatihan sesuai yang mereka butuhkan"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar