Disela-sela kegiatan kunjungannya di Kebumen, Fakhrul Syah
-Direktur SAPA Indonesia kunjungi UPTPK Kebumen, menyusul diselenggarakanya
pelatihan Perencanaan Pembangungan Responsif Gender yang bekerja sama
dengan Women Research Institute di Kebumen. Didampingi fasilitator SAPA
Kebumen, Gunung, Fakhrul Syah menyatakan kegembiraannya dengan didirikannya
Unit Pelayanan Terpadu Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (UPTP2K) di
Kebumen."Unit ini telah melakukan unifikasi tidak saja pada data-based,
tetapi juga telah melakukan unifikasi dalam program pelayanan pada penduduk
miskin" Demikian komentar Fakhrul, mengawali pembicaraan, setelah
memperoleh penjelasan dari Kepala UPTP2K, Cokro Aminoto, SIP, M.Kes
Kemiskinan Struktural
Kunjungannya ke UPTP2K Kebumen, pada
hari itu (29/9) banyak berdiskusi tentang kebijakan penanggulangan kemiskinan
di Kebumen. "Saya pikir, Pemkab Kebumen telah mengambil langkah-langkah
kebijakan yang cerdas, dalam mengatasi masalah kemiskinan terutama kemiskinan
struktural" Jelas Fakhrul. Fenomena kemiskinan
struktural muncul karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam
menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan warga miskin dapat bekerja.
Struktur sosial tersebut tidak mampu menguhubungkan masyarakat dengan
sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan oleh alam, pemerintah maupun
masyarakat yang ada disekitarnya. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini
adalah buruh tani, pemulung, penggali pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan
tidak terlatih. Untuk itu, peran pemerintah dalam hal ini Pemkab Kebumen memiliki
peran besar dalam melahirkan kebijakan yang pro masyarakat miskin dalam
kerangka pembangunan kesejahteraan masyarakat. Sudah saatnya masalah
kemiskinan itu didiagnosa dan diatasi berdasarkan faktor penyebabnya.
"Sehingga dengan
pelayanan UPTP2K yang mengacu data-base dengan pelayanan terpadu multi
sektor, akan dapat memantau masyarakat miskin yang terlayani dan ‘naik kelas’, Artinya jika pada awalanya masyarakat miskin itu buruh, nelayan atau pemulung, maka
tidak selamanya akan menjadi buruh nelayan dan pemulung terus. Karena disini
telah ada upaya-upaya dalam menaikan derajat dan kemampuan mereka, baik melalui pendidikan atau pelatihan sesuai yang mereka butuhkan"