Keinginan untuk
berkunjung dan magang di UPTPK Sragen bagi petugas UPTP2K Kab. Kebumen akhirnya
terlaksana juga. Meskipun tidak berjalan persis sesuai rencana. Namun
setidaknya maksud untuk meningkatkan
kemampuan teknis petugas, memperoleh gambaran sistem pelayanan serta pengelolaan
basis data kemiskinan dapat kesampaian. Kunjungan kerja/magang dilakukan selama
tiga hari, Selasa sampai dengan Kamis (17 – 19 Nopember 2015). Rombongan
terdiri dari 5 orang dengan seorang pengemudi. Berangkat dari halaman BAPPEDA
Kabupaten Kebumen, pada hari Selasa 17 Nopember 2015 Jam 05.00 WIB.
Setelah
menempuh perjalanan enam jam lebih, menjelang tengah hari rombongan sampai di
UPTPK Sragen. Kantor UPTPK Sragen berada di komplek perkantoran Pemkab Sragen
di Jalan Sukowati 255. Dalam komplek itu, ada kantor Bupati, Sekretariat
Daerah, BAPPEDA, DPPKAD dan BPTPM, serta Kantor UPTPK yang berada di sayap
timur menghadap selatan ke arah alun-alun Kabupaten Sragen.
Kehadiran rombongan
UPTP2K Kebumen diterima oleh Kepala UPTPK Sragen, Bapak Suyadi, SKM, M.Kes dan seorang
Kasi yang membidangi urusan bantuan pendidikan, Bapak Drs. Indarjo, MSi.. Setelah
menyampaikan maksud kedatangan rombongan dari UPTP2K Kebumen, giliran mengikuti
penjelasan dari beliau berdua.
“Mbelo wong cilik”
Dengan gayanya
yang kocak, serius tapi santai, Pak In, demikian panggilan akrab Bapak Indarjo,
menyampaikan gambaran singkat organisasi UPTPK Sragen berikut tugas pokok
masing-masing seksi. Seorang yang
menjabat sebagai Kepala UPT Dinas Tenaga Kerja Kecamatan ini menyatakan bahwa
awalnya adalah staf di dinas pendidikan. Menyusul kami ketahui bahwa beliau
juga pernah jadi pengajar sejarah, dan sebagai pengurus Permadani. Sehingga
dengan lihainya, beliau menyampaikan perjalanan UPTPK Sragen dengan mengaitkan
aspek-aspek sejarah yang melingkupinya; dengan sesekali menyisipkan ‘sabdo tomo’
khas Permadani, ketika ada pesan-pesan moral dalam pelayanan UPTPK. “UPTPK
Sragen lahir merupakan wujud nyata dari niat Bopo Bupati untuk mbelo wong cilik
(membela masyarakat kecil-Red). Sehingga orang miskin di Sragen harus
dimuliakan, dilayani dengan pelayanan terbaik” demikian papar Indarjo
mengakhiri penjelasannya.
Selain Baznas ada Matra
Sambil menunggu
kehadiran kembali Kepala UPTPK yang sedang sibuk, menerima telpon dan tamu,
kami dipersilakan membeli paket informasi. Paket informasi tersebut berisi
penjelasan rinci kegiatan yang sudah dilakukan UPTPK Sragen.
Belakangan kami
ketahui bahwa di wilayah kecamatan Di Kabupaten Sragen ada yang mengalami
bencana tanah longsor dan menimpa sebagaian warga. Untuk bantuan terhadap warga
yang terkena bencana dimintakan dari UPTPK, dalam hal rehab rumah, santunan
kematian dll. “Disamping Baznas, kami ada Matra yang dapat memberi bantuan
dengan cepat, tanpa mempersoalkan bentuk keyakinan/agama yang dianut warga yang
perlu bantuan. Kalau mengandalkan program pemerintah terlalu lama” papar Suyadi.
Matra menghimpun dana iuran sukarela masyarakat yang secara akuntabel dikelola independen
dan dilaporkan pengelolaannya berbasis web di http://www.matra.sragenkab.go.id Mitra Kesejahteraan Rakyat, selanjutnya disingkat MATRA, seperti yang
dikutip dari halaman web, adalah wadah yang menampung dan menyalurkan sumbangan
sukarela dari para pejabat struktural eselon
II, III dan Kepala SMA/SMK, SMP Negeri serta PNS dan pihak lainnya di Kabupaten
Sragen, sebagai bentuk kepedulian untuk ikut mendukung program Pemerintah
Kabupaten Sragen dalam pengentasan kemiskinan.
Komitmen Bupati dan dukungan seluruh stake-holder
Bagaimana
peranan Baznas? Ini adalah pertanyaan kami membuka diskusi sesi kedua di ruang
kerja Kepala UPTPK, setelah sholat dzuhur. Menurut Suyadi, Baznas sudah mengambil
peranan yang sangat bagus. “Dengan kriteria penerimanya yang sudah jelas dan
data sasaran penerima yang secara cepat disupport oleh UPTPK, saya dengar
Baznas Kabupaten Sragen tahun ini menerima penghargaan dari Pemerintah atas
prestasinya” jelasnya. Prestasi-prestasi
itu, menurut Suyadi dapat tercapai tidak lain merupakan buah komitmen yang
tinggi dari Bupati dan pimpinan serta
seluruh stake-holder yang ada. “Saya bisa sampaikan seperti ini, karena tanpa
komitmen dan back-up penuh Bupati, UPTPK ini omong kosong, tidak ada artinya
sama sekali. Di awal pembentukannya, beliau Bapak Bupati menegaskan, melalui UPTPK
kita akan memuliakan orang miskin. Sehingga jika ada fihak yang menghalangi, dialah yang
akan kita ‘muliakan’ (diambil tindakan-Red)”
Hari menjelang
sore, hampir jam 17.00 waktu setempat, kamipun minta diri. Kami melihat UPTPK sedang
menyiapkan agenda besar, yaitu menjadi tempat penyelenggaraan Seminar
Internasional tentang penanganan kemiskinan. Seminar yang diprakarsai oleh
organisasi GtZ itu, rencananya akan dihadiri oleh peserta dari sembilan negara.
Bupati dan UPTPK Sragen diminta menjadi
Narasumber, pada perhelatan yang agendanya digelar 25 November 2015.
Khitan Gratis bagi warga setiap hari Rabu
Di Seksi
Kesehatan, dikepalai oleh seorang tenaga
struktural Dinkes, Bp. Sunarto. Menyusul diketahui, bahwa dia awalnya adalah
seorang perawat RSUD. Di Seksi Kesehatan, memiliki tenaga dokter dan bidan yang
diperbantukan dari Dinkes dan Puskesmas untuk pelayanan di Klinik Saraswati.
Klinik saraswati UPTPK Sragen melayani pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi
warga pemegang kartu miskin dan pegawai
di lingkungan Pemkab Sragen. Dengan
konsep layanan bahwa kegiatan ini dikelola oleh Puskesmas Kecamatan Sragen.
Segala kebutuhan obat dan alat kesehatan dimintakan dari Dinas Kesehatan.
Selain itu,
Klinik Saraswati juga menyelenggarakan khitan setiap minggu sekali bagi warga
miskin, yaitu setiap hari Rabu. Kegiatan ini ditangani oleh Sunarto, yang
notabene adalah seorang paramedis perawat. Pada kegiatan khitan tersebut, juga
dibarengi dengan pemberian bantuan sosial seperti sembako, sarung, baju koko,
peci. Bantuan berasal dari program bantuan swasta atau instansi pemerintah,
seperti Bagian Kesra Setda, Dinas Nakertransos dll.
Bantuan Biasiswa bagi Siswa dan Mahasiswa berprestasi dari keluarga miskin
Pada prinsipnya
UPTPK Sragen memaksimalkan bantuan bagi warga miskin, di luar sasaran program
nasional dan provinsi. Seperti halnya bantuan biasiswa bagi siswa dan
mahasiswa diberikan pada mereka yang berprestasi
dari keluarga miskin. Saat ini telah banyak mahasiswa yang telah memperoleh bantuan tersebut
selama masa kuliah. Adapun kriteria dan
syarat untuk memperoleh biasiswa miskin, sebagaimana diungkapkan oleh Bp
Indarjo, MPd. Prinsipnya yang bersangkutan memiliki prestasi akademik dan berasal
dari keluarga miskin, kemudian dilakukan verifikasi. Dengan alokasi dana yang berasal dari Bagian Kesra-Setda Sragen, seseorang yang memenuhi persyaratan dapat memperoleh biasiswa dimaksud.
Belajar dari Sukodono dan Sambirejo
Mengikuti
survei lapangan untuk verifikasi bantuan bagi warga miskin di Kabupaten Sragen,
banyak pelajaran yang bisa kami dapat. Pagi itu, giliran kami berkesempatan ke
wilayah Sambirejo dan Sukodono. Untuk mencapai wilayah ini, harus melintasi
medan yang cukup berat. Dengan kondisi
geografis bergunung, tipe tanah phorus
yang lunak, memungkinkan kendaraan terutama kendaraan roda empat dapat
tergelincir. Belum lagi mencapai sasaran rumah, melalui jalanan naik-mendaki
dan berkelok. Untuk itu, biasanya petugas survei menggunakan sepeda motor.
Sepanjang
perjalanan menuju wilayah Sambirejo dan Sukodono
terlihat hamparan tanah kering di sisi kanan, dengan sesekali terlihat pepohonan
jati yang meranggas. Dan itulah hasil pertanian yang mereka dapat, yaitu
bertanam jati. Sementara hasil pertanian lainnya adalah tebu. Dengan sistem penjualan
hasil pertanian yang tidak langsung ke pembeli, seringkali masyarakat
diuntungkan sekaligus dirugikan dengan adanya tengkulak atau pengepul.
Catatan kecil
dari Bumi Sangiran
Setelah sehari
itu melihat dari dekat bagaimana UPTPK Sragen mengelola basis data
kemiskinannya, kami akhirnya berpamitan pulang, menyudahi kegiatan kunjungan
kerja/magang. Acara pamitan sangat singkat, hanya ada beberapa orang dari Seksi
Pendidikan. Petugas UPTPK nampak sepi hanya seorang petugas di pelayanan pengunjung. Sehari itu, hampir semua pejabat di UPTPK
mengikuti rapat dinas di ruang Sekda Sragen. Informasinya, sedang membahas
persiapan penyelenggaraan seminar internasional tentang kemiskinan yang
bertempat di Sragen.
Pengalaman
perjalanan lapangan ke Sukodono dan Sambirejo, membawa kami pada informasi tentang
Sangiran. Sebuah tempat situs purbakala
ditemukannya fosil manusia purba. Kamipun akhirnya menyempatkan mampir ke
Sangiran. Tempat itu bisa dijangkau di
rute jalan pulang menuju Kebumen. Jika dari Kantor Pemkab Sragen ke barat,
setelah sampai trafight-light Kecamatan
Masaran belok kanan ke arah utara. Kira-kira delapan kilo meter kita dapat
mencapai Sangiran. Wisata edukasi Sangiran berupa musium purbakala. Di dalamnya
berisi diorama perjalanan evolusi manusia purba dan upaya-upaya manusia mengumpulkan bukti-bukti sejarah. Di
musium itu juga ada ruang teater, untuk melihat film dokumenter perjalanan
hidup manusia sejak awal penemuan sejarahnya hingga jaman modern ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar